Explore The World

Book a Ticket

Edit Template

Standar Kecantikan Suku Mwila dari Angola

Wanita suku asli Angola memiliki standar kecantikan yang sangat berbeda dengan standar kecantikan yang umum diterima oleh masyarakat modern. Found on this link for February to March Edition : https://lionmag.id/magazine

Selama ini, kita sering terbiasa dengan standar kecantikan yang mengacu pada keindahan ala barat, seperti rambut lurus dan kulit yang halus serta cerah. Namun, suku terpencil di Angola memiliki pandangan yang berbeda.

Salah satunya adalah suku Mwila yang tinggal di Provinsi Wuila, (kiri) Beragam motif batik khas Madura di Tresna Art. (kanan) Pengrajin batik sedang membatik di Tresna Art. wilayah selatan Angola. Mereka memiliki standar kecantikan yang sangat unik dan berbeda dengan standar kecantikan yang umum kita kenal. Tidak ada unsur rambut lurus dan kulit cerah dalam standar kecantikan mereka.

Suku Mwila dikenal dengan gaya berpakaian, perhiasan, dan rambut yang rumit dan unik. Tradisi perawatan rambut di kalangan wanita dewasa di suku Mwila sangatlah khas.

Mereka menggunakan campuran minyak, kulit pohon yang dihancurkan, mentega, kotoran sapi kering, dan rempah-rempah untuk membentuk rambut gimbal yang tebal. Rambut ini kemudian diwarnai dengan oncula, jenis batu pecah yang memberikan warna hitam pada rambut.

Suku Mwila di Angola terkenal dengan gaya yang sangat khas dan unik. Mereka tak hanya menghias rambutnya dengan campuran bahanbahan alami, tetapi juga mengenakan banyak perhiasan manik-manik.

Pernak-pernik perhiasan manikmanik yang menghiasi leher mereka bukan hanya sebagai aksesori, melainkan juga menjadi simbol perbedaan usia. Semakin tua usia perempuan di suku Mwila, semakin banyak kalung manik-manik yang mereka kenakan.

Budaya suku Mwila di Angola memang sangat unik dan penuh dengan simbolisme. Jumlah kepangan pada rambut wanita di sana menjadi penanda apakah mereka sudah mencapai kedewasaan atau belum. Umumnya, wanita dewasa memiliki empat hingga enam kepangan pada rambut mereka. Namun, apabila terjadi kematian dalam keluarga mereka, jumlah kepangan akan berkurang menjadi tiga.

Tak hanya itu, kalung juga digunakan sebagai alat untuk menunjukkan kematangan seksual. Wanita muda akan mengenakan kalung yang lebih kecil dan berwarna merah atau kuning, sedangkan wanita dewasa akan mengenakan kalung yang lebih besar dan berwarna-warni.

Karena pembuatan kalung dan gaya rambut sangat lama, wanita memakainya sepanjang waktu – termasuk saat tidur. Sandaran kepala khusus sering digunakan untuk mencegah rambut rusak.

Mwila juga dikenal dengan gaun mereka, yang menampilkan skema warna yang mencolok dan pola yang menarik serta diikat di pinggang atau di bahu.

Saya sendiri sempat membawa sekelompok turis Indonesia dalam tur ke Namibia dan Angola ketika kami bertemu langsung dengan Para wanita Mwila. “Terlihat jelas mereka adalah wanita yang kuat dan pekerja keras, di beberapa tempat saya melihat mereka bekerja lebih keras daripada pria. Warna rambut mereka, kalung mereka dan cara unik mereka berpakaian adalah bagaimana mereka menjaga tradisi mereka tetap hidup,”

Semi Nomaden

Suku Mwila ini menjadi kelompok etnis di Afrika yang bermukim di daerah pedalaman Angola Selatan dan dikenal sebagai kelompok seminomaden yang menggembalakan ternak mereka di daerah dataran tinggi Afrika. Mereka hidup dalam kelompok kecil dan memiliki cara hidup yang sederhana namun penuh dengan nilainilai kebersamaan dan kehidupan yang bermakna.

Sebagai kelompok semi-nomaden, Suku Mwila hidup dengan bergantung pada alam dan lingkungan sekitar mereka. Mereka hidup dengan mengandalkan peternakan dan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Ternak seperti sapi, kambing, dan domba merupakan sumber makanan yang penting bagi mereka. Sedangkan tanaman seperti jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian menjadi sumber karbohidrat dan protein tambahan.

Suku Mwila juga dikenal sebagai kelompok yang sangat dekat dengan alam. Mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang tanaman, hewan, dan lingkungan sekitar mereka. Mereka memahami betul cara hidup alam dan mampu memanfaatkannya dengan bijak untuk kebutuhan seharihari. Selain itu, mereka juga memiliki kepercayaan yang kuat terhadap roh nenek moyang mereka dan meyakini bahwa alam merupakan bagian dari keberadaan mereka.

Selama beberapa dekade terakhir, suku Mwila dan kelompok-kelompok etnis lain di Angola Selatan telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk perang saudara dan konflik dengan kelompok-kelompok pemberontak. Meskipun situasinya telah membaik dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang Mwila masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, dan perumahan yang layak.

Sumber : https://www.researchgate.net/publication/377892379_Standar_Kecantikan_Suku_Mwila_dari_Angola

1 Comment

  • Optio sunt qui laborum aut dolorem labore. Dolor quo magni sequi reprehenderit dicta sapiente beatae. Perspiciatis non esse eveniet accusantium. Omnis quis at in minima incidunt optio. Laborum asperiores impedit rerum eos veniam voluptatum. Accusamus corrupti rerum fugiat rerum harum rerum. Est et aut rerum dolores illum dolorem. Rerum consequatur sunt molestiae molestiae. Vel nisi voluptatem et sint neque molestiae nam dolores. Praesentium in animi at et. Numquam ea nobis officiis laboriosam. Rerum sit odio nulla occaecati. Qui voluptatem minus nemo et voluptatum et perferendis. Iste qui facilis aut suscipit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Indonesian Author, Ethnographer and Travel Advisors Specialist

Main Link

Home

About Us

Gallery

Blog

Travelers

Tips

Story

Pricing

Resources

Book

Networks

Publication

Events

Address

eviaryatiarbay.com © 2024